
Kumpulan Cerita Sex Bergambar 18 Tahun terbaru 2013 - Lugunya Misuaku
Aku  Sintia. Setelah lulus kuliah aku langsung bekerja di salah satu   perusahaan swasta terkemuka di jakarta. Belon lama aku lulus dan   bekerja, kedua orang tuaku yang sudah berusia senja menyuruhku menikah   dengan salah putra kerabat jauh mereka. aku menuruti saja kemauan kedua   orang tuaku, walaupun sekarang sudah gak jamannya lagi menerapkan   pernikahan ala Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih, aku langsung nikah   tanpa pacaran sebelumnya.
Lelaki  itu (untuk selanjutnya aku sebut ja abang) lebih tua dari aku.  resepsi  pernikahan kami berjalan lancar. Malam pertama lewat begitu aja.  Gak  da tu gulat smekdon yang menggebu2. Kami langsung tertidur karena   ternyata menjalani resepsi tu sangat melelahkan, walaupun cuma senyum   dan salaman.
Ketika  paginya aku bangun, dia gak da disebelahku, aku memang bobo  duluan  semalem. aku keluar dari kamar untuk membuat secangkir kopi di  dapur,  dia lagi baca koran. Setelah minum kopi dan mandi, aku segera  beberes  untuk siap2 kekantor. Aku memang gak bisa cuti walaupun baru  nikah.  Bosku minta dengan sangat aku menunda cuti nikah karena ada  proyek  besar yang harus selesai dalam waktu dekat ini, dan porsi kerjaan  yang  menjadi bagianku penting sekali untuk keberhasilan proyek ini.  Walaupun  kesal ya aku iya aja. “Sintia ke kantor ya bang, pulangnya  mungkin  malem, nguber dead line proyek” ujarku sambil mengenakan sepatu  di  ruang tengah. "Iya", jawabnya singkat, gak yau apa yang ada  dibenaknya,  kok malem pertamaku bisa lewat bgitu aja tanpa nyolek2 aku,  istrinya  yang baru ja dinikahinya. Masa bodoh ah, aku juga terpaksa  nikah ma dia  untuk menyenangkan kedua ortu aja. Dia gak mo nyentuh aku  ya no  problemo juga, mantan2 pacarku diluar banyak yang bersedia  menyentuh  aku begitu aku kasi signal hihi.
Di  kantor rame sekali, temen2 kerjaku yang prempuan cipika cipiki dengan   aku sambil menggodaku betapa nikmatnya malem pertama, aku cuma senyum2   ja, gak tau ja semalem aku bobo ja ampe pagi, gak da yang nyolek2. Yang   lelaki menyalami aku saja, kelihatan sekali kalo mereka kecewa dengan   keputusanku untuk menikah, artinya gak bisa dugem lagi bareng mereka   lagi. Malemnya, aku pulang dengan segudang rasa lelah akibat kerja rodi   di kantor, itu juga blon slesai kerjaanku. Bos nyuru aku pulang duluan   walau tim yang laen masi trus menggeluti kerjaannya masing2, toleransi   buat pengantin anyar kata bos, dan disambut dengan gemuruh ketawaan  dari  seluruh tim ketika aku pamit duluan. Setibanya di rumah dia blon   pulang, padahal dah malem banget. aku hanya merebahkan badanku yang   capek di ranjang tanpa melepas pakean kerjaku. tiba tiba, “udah pulang   kamu?” tanyanya sambil masuk ke kamar. “sorry bang, tadi Sintia nggak   sempet masak, kita pesen makanan delivery aja yah” jawabku. Kami   menyantap makan malam kami setelah pesenannya dateng.
Dibandingkan  temen2 prempuan dikantor, dan juga pengakuan temen2  lelakiku, aku  termasuk wanita yang cantik, menawan serta sexy. Selain  itu aku orang  yang mudah mencairkan suasana dan nyambung jika diajak  bercerita,  makanya aku binun banget ngeliat kelakuan suamiku itu, gak  tau lugu pa  jutek, ampe aku juga gak tau mo ngomong apa ma dia. Walaupun  dijodohkan  tapi namanya malem pertama gak ngapa2in aneh juga untukku,  mana ada  kucing yang nolak ikan asin hihi.
Setelah  mandi dia nonton tv, karena gak da acara yang menarik  menurutnya, dia  duduk di meja kerjanya meneruskan pekerjaan kantor yang  dibawanya  pulang. Dah jam 23.30, aku dah ngantuk nungguin movenya, tapi  kayanya  ni malem bakal lewat lagi bgitu aja. aku menghampirinya, "Blon  slesai  kerjanya bang". "Blon", jawabnya singkat, tanpa memandang wajahku  yang  berdiri disamping meja kerjanya. “ya udah, kalo gitu Sintia tidur   duluan yah”, jawabku dengan tetep senyum manis walaupun bete banget.
Malam  itu rupanya sofa menjadi tepat tidurnya karena keesokan harinya  aku  bangun dan dia gak diranjang. Kukira dia olahraga ato apa, ketika  aku  keluar kamar ternyata dia sedang tidur di sofa. Rupanya malem kmaren   dia juga bobo di sofa, aneh banget, takut aku makan kali ya, padahal   aku dah jinak banget, dimakan si enggak - paling diemut2 hihi. Aku   segera membuatkan secangkir kopi untuknya dan kembali ke sofa dimana dia   tidur. 

"Bang,  kok nggak tidur di kamar? Entar masuk angin loh, mending kan  masuk ke  Sintia”, kataku melihat dia menggeliat terbangun karena suara  sandalku  memecah keheningan pagi itu.“nggak apa-apa kok, takut ngeganggu  kamu  yang dah bobo duluan”, jawabnya sambil mengusap , guyonanku gak  dapet  respon papa. “Sintia buatin kopi ni”. “nggak, nggak usah aku bisa  buat  sendiri kok” jawabnya. “udah, nih...” ujarku sambil menyodorkan   secangkir kopi kepadanya, buset dah juteknya, bukannya trima kasi dah   dibikinin kopi ma istrinya. setelah itu aku sengaja duduk mepet   disampingnya, sangat dekat hingga paha kami berdua bersentuhan. Pagi itu   seperti biasa aku menggunakan celpen dan kaos oblong yang kebesaran  (ni  seragam rumahku).
“nggak  ngantor?” tanyanya. aku sengaja menaruh tanganku di pahanya, dan   menatapnya. “jam sembilan lewat dikit baru aku berangkat, abang?”   tanyaku balik. “sama, aku juga, kita berangkat bareng mau nggak?” “Siap   komandan,” jawabku sambil tertawa, lumayan gunung es mulai merespons   signalku. Waktu sebelum berangkat ke kantor itu kami gunakan untuk   bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat   singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena   suasana hatiku yang sedang senang.
Sepulang  kantor dia menjemputku di kantor, sambil bergandengan tangan  kami  menuju mobil lalu meluncur ke sebuah rumah makan yang bersuasana   romantis. Sampai di rumah makan itu lalu kami memesan makan dan minum.   Sambil menunggu kami , aku mencoba membuka pembicaraan, "Bang, Sintia   seneng deh abang ajak makan, ni kan resepsi khusus buat kita berdua ja   ya bang". Kemudian aku banyak cerita tentang kerjaan di kantor, problema   yang aku hadapi di kantor, dia hanya menjadi pendengar yang baek tanpa   mengomentari apa2 critaku.
Kemudian  makanan sudah dihidangkan oleh waiter dan selanjutnya kami  makan dan  aku selingi dengan menyuapinya. Dia merespons dengan menyuapi  aku juga.  Kami memang duduk bersebelahan, dah aku atur gitu. pembicaraan   terhenti karena mulut masing2 sibuk mengunyah makanan yang dihidangkan.   Setelah makan kami pun pulang. Gak banyak pembicaraan yang kami   lakukan, aku dah mulai ngantuk, kekenyangan - penyakit orang kaya, kalo   bis makan trus ngantuk. Maklum, kata ahli kesehatan seabis makan darah   banyak mengalir ke perut untuk mengolah makanan yang masuk, mata gak   kebagian darah sehingga akhirnya makin menyipit kerna ngantuk. Tapi   lumayanlah, gunung es lebih mencair dibandingkan semalem.
Sesampainya  di rumah, dia mandi duluan dan langsung menonton tv. Jam  21.00, aku  baru slesai mandi, aku hanya mengenakan celpen tanpa atasan.  Aku sedang  mencari baju kaos gombrong dilemari. Tiba2 pintu terbuka,  refleks  langsung dia menutup pintu sembari meminta maaf. Aku yakin,  walaupun  beberapa detik tadi dia pasti melihat kedua toketku yang  lumayan besar  dan masi kencang banget, “Sin, sorry aku mau ngambil  bantal, aku nggak  ngintip kok” ujarnya dari luar kamar. Walaupun jengkel  tapi aku jadi  geli sendiri melihat kelakuan bodoh seorang lelaki yang  judulnya  suamiku itu. Apa impoten kali ya dia, sampe gak tergiur sama  sekali  melihat toketku tadi. Kukira gunung esnya makin cair karena sejak  tadi  pagi dia nampak lebi ceria, gak taunya.... “nggak apa-apa masuk   aja....” teriakku dari dalam kamar. Dengan menggunakan tangan kiri, dia   menutup matanya sedangkan tangan kanannya meraba-raba permukaan tempat   tidur untuk mencari bantal. “udah, gak usah nutupin mata, ntar   kesandung2 lagi,” kataku sambil mencolek pinggangnya. “Sorry, aku bukan   mau ngintip tadi, aku bener-bener nggak sengaja”, katanya lagi.  “nyantai  aja lagi, Sintia yang di intip kok abang yang panik”, balasku  sambil  tertawa, “eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di  sini bareng  Sintia,” sambungku sambil menepuk tempat tidur. “udah,  cepetan tvnya di  matiin dulu”, lanjutku sambil sedikit mendorongnya.  Lumayan gunung es  nurut juga ma aku, selangkah lebi maju lagi.

Setelah  tv dimatikan, dia kembali ke kamar. Di kamar aku dah berada di  atas  tempat tidur, "bobo sini bang,” kataku sambil membetulkan posisi  bantal  yang berada di sampingku. Dia merebahkan tubuhnya tepat  disampingku  dan langsung memejamkan matanya. "Abang masih punya pacar  yah waktu  kita nikah” dia membuka matanya pelan-pelan, menatap wajahku  yang  sangat dekat dengan wajahnya, karena posisi tubuhku yang menindih   sebagian tubuhnya. “nggak, emang napa?” tanyanya balik. “penasaran aja,   abisnya abang dingin banget...serem tau” jawabku sambil tersenyum. “aku   cuman kaget aja, keadaan berubah drastis banget” jawabnya. “ohh...   Sintia kira abang jeruk makan jeruk.” “aku masi normal kali” jawabnya,   tanganku perlahan mulai memeluk perutnya, "abisnya.....” aku cekikikan   ja. Sepertinya signal yang aku berikan gak sia2 sama sekali walaupun   belum membuahkan hasil. ternyata ada juga lelaki macam ini didunia.
Karena  tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur  sampai  pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu. Keesokan harinya  aku  bangun terlebih dahulu, sepanjang malam aku memeluknya dan tertidur   dengan posisi setengah tubuhku menindih tubuhnya, aku gak meriksa ada   yang tegang gak diselangkangannya. Aku nyesel gak mriksa, kalo tegang   artinya dia masi normal seperti yang diucapkannya. “bang, bangun...nggak   ngantor?” tanyaku sambil menjepit hidungnya. Dia menggeliat dan bangun   sambil mengucek-ngucek mata.
pagi  itu, di kantor aku memberi perhatian lebih padanya dan terus saja   mengirimkan sms yang menanyakan kegiatannya dan lain-lain. Aku terus   saja mengirimkan signal2 kepadanya dan kayanya response nya positif.
Malemnya  aku sampe duluan dirumah. Hari ini hari Jumat, besok kami  berdua  libur, aku menyiapkan strategiku untuk mendorong dia mau  mengemeliku.  aku dah nyiapin makan malem buat dia. aku mengenakan kaos  berlambang MU  dengan celpen, karena kegedean bajunya aku atur hingga  bahu sebelah  kananku terlihat keluar dari leher baju. Dia bengong  melihat aku pake  baju kaya gitu. "Kenapa kok abang bengong?" tanyaku.  “tu kan kaos aku,”  katanya. “iya, emang istri nggak boleh pake baju  suaminya?” tanyaku  balik. "bole aja sih, eh tapi kamu cantik loh kayak  gitu. Aku sampe  terpana ngeliatnya” katanya. "bisa merayu juga toh  abang. Kalo cantik  mah Sintia dari kecil bang, abang baru nyadar ya kalo  istri abang  cantik", aku menggodanya. “udah makan dulu sana....keburu  dingin,”  kataku lagi. "Masakanmu enak Sin". "Tu kan selain cantik, istri  abang  koki yang baek juga ya". Dia senyum2 ja mendengar ocehanku.
Sehabis  makan, dia nyamperin aku, aku lagi nonton film di tv. “duduk  sini  bang, deket Sintia”. perlahan dia duduk disampingku. Aku langsung   menarik tangannya dan menggengam jemarinya erat-erat. Dia menyandarkan   tubuhnya di sofa, aku langsung menyandarkan kepalaku di bahunya. Dia   menaikan tangannya sedikit agar aku bisa meletakkan kepalaku di dadanya,   tanganku menyusuri pinggangnya lalu kupeluk.
“Sin,  kalo mau minta tolong, atau mau ngomong sesuatu, kasih tahu aja,  aku  siap bantu kok” katanya untuk memecah suasana. “abang masih belum   nerima kenyataan kalo kita udah nikah ya?” jawabku pelan. “sekarang udah   nggak, abis kamu baik, cantik lagi.” “ih gombal,.” jawabku sambil   mencubit pinggangnya. “kalo Sintia sih pasrah aja, orang tuaku mau   nyuruh apa juga, yang penting pekerjaan Sintia nggak keganggu. Sintia   mau minta sesuatu sama abang, bole gak”. “minta apa?” “ehm, gimana   ngomongnya ya,” jawabku. “udah, bilang aja, nggak usah malu” “beneran   nih, gak papa?”tanyaku lagi. “iya, beneran, trus apa?” “boleh minta cium   nggak?” “ooh..” langsung dia mencium pipiku. "iiihh...bukan di situ,   tapi di sini” kataku sambil menunjuk bibir.
Dia  tidak meresponse, padahal signal yang kuberikan dah kuat banget.   “abang nggak mau ya, nggak apa-apa deh kalo gitu” kataku dengan nada   sedikit kecewa. “nggak, aku cuma..” “Cuma apa bang?” kataku karena dia   diam sejenak. “belum pernah ciuman” jawabnya malu-malu, mukanya memerah.   “astaga, jadi kalo kita ciuman, itu first kiss abang dong?” aku   mengangkat wajahnya yang tertunduk malu. “Sintia prempuan pertama yang   abang cium di bibir ya?” kataku lagi, “Sintia ajarain dulu ya, terus   nanti kalo udah bisa, abang bales.”
Segera  kucium bibirnya. mula2 hanya nempelin bibir, kemudian aku mulai   memagut bibirnya dan mulai menjulurkan lidahku kedalam mulutnya.   "dibales dong” kataku di sela-sela seranganku ke bibirnya. Alhamdulilah,   dia membalas ciumanku dengan cara yang sama seperti yang kuajarkan.   "mmhhh” lenguhku. Setelah beberapa menit, kulepaskan ciumanku. aku   tertawa lepas sambil memandangnya, “nah, bibir abang udah nggak perjaka   lagi.” kataku sambil menepuk dadaku. “hebat juga kamu ya, master banget   deh kayaknya, ngasi kursus juga ya?” “ya nggak lah, Sintia juga baru   pertama kali praktek nih, tau dari baca buku ama liat film bokep,   ternyata rasanya dahsyat yah” jawabku.
“jadi  bibir kamu sekarang juga udah nggak perawan nih,” candanya. "apa  lagi  yang masih perawan?” "ya semuanya lah” jawabku. “mau dong nyobain”  "sok  atuh, silahken...,” jawabku sambil menarik tangannya mendekati   tubuhku. “aku becanda kok” “beneran juga nggak apa-apa. nanggung kan   rasanya kalo cuman gitu-gitu aja” lanjutku memancing. “terus maunya   gimana?” “nggak ngerti-ngerti juga?” jawabku, kok ada ya didunia ini   lelaki yang selugu itu, gak tau deh kalo dia cuma pura2 lugu.   “ngomongnya langsung aja, nggak usah berbelit-belit, bingung aku”   "Sintia mau diemelin ma abang” jawabku to the point sambil menarik   bajunya.
“yah...nggak  tau harus gimana duluan” jawabnya. “kan ada film Bokep,  liat dari situ  aja bisa kan?” “aku coba deh.” Aku segera berjalan menuju  kamar tidur  kami dan kembali membawa kotak kecil yang isinya adalah  kumpulan DVD  film-film porno dari jepang, asean, gak da bule maen ma  bule, aku gak  demen si liatnya, kalo bule maen ma asean pa jepang baru  asik  diliatnya. “lengkap banget,..hobby nonton ginian yah?” tanyanya  sambil  melihat-lihat dvdnya. “eh, ini punya temen kantor lagi, nonton  sih  sering tapi kalo punya koleksi sebanyak ini....enggak deh”, jawabku.
“aku  kira kamu hyper “ katanya bercanda. "eh hyper juga asik tau, bisa  siap  setiap saat” jawabku sambil tertawa dan terus mencari bokep yang   menurutku sangat bagus. “nah ini dia akhirnya ketemu.” kataku sambil   merapihkan dvd lain yang berantakan di atas sofa. “nontonnya di kamar   aja, supaya kalau capek bisa langsung tidur”. “emangnya kita mau   nyangkul? kok capek?” tanyaku bercanda. Adegan pertama ciuman, dia duduk   diatas tempat tidur dan aku duduk di pangkuannya. “itu namanya  foreplay  bang", kataku.
Mulailah  aku memagut bibirnya, selama beberapa menit kami mempertahankan  posisi  seperti itu. Kami saling berpagutan bibir serta kedua lidah kami   saling menjalar ke seluruh rongga mulut lawan. film pun berganti   adegan, sang lelaki bule mulai menggerayangi tubuh si prempuan asia,   kayanya thai deh. Baju si prempuan disingkap keatas dan toketnya mulai   diemut oleh si bule. “pengen deh di gituin” kataku sambil melepaskan   ciuman kami. Posisiku sekarang duduk berhadapan dengannya, aku tetep   duduk di pangkuannya. “ya udah, bajunya di buka” jawabnya.
Aku  membuka bajuku perlahan, sedikit demi sedikit toketku yang tidak   tertutup bra mulai tersingkap. Seperti orang bodoh, toketku hanya   diperhatikan tanpa berbuat apa-apa. “kok cuman diliatin doang, aku pake   lagi nih bajunya” kataku kesel. “sorry, speechless aja aku, gede amir,   seumur-umur baru pernah liat yang ginian selain ibuku punya, eh besar   lagi. sexy banget tubuh kamu", jawabnya untuk meredakan rasa keselku.   "Ach masak begini saja sexy dan cantik, biasa aja kali. di emut dong”   kataku lagi sambil tersenyum. “nggak ahh, entar lecet, nanti kalo mandi   kan nyeri,” jawabnya. “jadi gimana dong?” “aku jilatin aja, mau  nggak?” 

Kami  langsung berpagutan lagi. Dia mencium bibirku, kemudian aku  melepaskan  ciumannya dan menarik kepalanya ke arah toketku. lidahnya  menjulur dan  mulai menjilati melingkar disekitar pentilku, ujung  pentilku disentuh  perlahan menggunakan ujung lidahnya. “Mmhh...enak  bang, terus..terus..  yang kanan juga..aahh,” desahku yang membuat dia  bersemangat  melakukannya. Lima belas menit dia menyerang kedua toketku,  hanya suara  desahan yang keluar dari bibirku, saat tubuhku mengelijang  hebat, ada  cairan membasahi celanaku. “Sin, celana kamu basah” “iya,  Sintia kluar  tadi”, jawabku sambil menciumi pipinya.
Adegan  di film kini berubah lagi, konti bule yang besar panjang sudah  sedari  tadi tegang mulai diurut turun naik oleh siprempuan., kemudian   dimasukkan kedalam mulutnya. “mau Sintia gituin nggak?” tanyaku. “udah   gak usah, lain kali aja” jawabnya cepat. “nggak apa-apa, nggak usah   malu.....enak lagi” balasku. Aku segera menarik celananya, dan langsung   menggenggam kontinya yang belum menegang sama sekali dibalik cdnya.   “gila, Sintia udah hampir dua kali orgasme, abang berdiri aja belon".   “aku baru sekali diginiin” jawabnya.
aku  kemudian menarik turun celananya. “besar juga punya abang, beda  dikit  lah ama yang di film”, kataku sambil tersenyum. Aku mengenggam  kontinya  dan mulai mengurutnya dari atas ke pangkal pahanya, selama 10  menit,  kemudian aku menempelkan bibirku ke ujung kepala kontinya dan   menghisapnya pelan, kujilati kembali kepala kontinya dan lalu kukulum   dengan mengeluarmasukkan kontinya ke dalam mulutku.   "udah...udah...udah...”, katanya sambil mencoba menarik kontinya keluar   dari mulutku, keluarlah maninya di dalam mulutku.
Aku  agak terkejut dan mengeluarkan kontinya dari dalam mulutku sehingga   muncratan mani berikutnya membasahi wajahku. Aku bisa menerimanya dan   kujilati yang masih tersisa di kontinya. Wah blon apa2 dah ngecret   dianya, percaya deh kalo dia masi perjaka ting ting (sodaranya ayu ting   ting kali ya). Dia membetulkan clananya lalu mengambil handuk di lemari   untuk membersihkan maninya di wajahku. “ketelen gak?” “dikit..”  jawabku  sambil tersenyum.
Tibalah  film itu di puncak aksinya, si bule melepas cd si prempuan dan  mulai  melumat slangkangannya. “rebahan deh,” katanya. Saat aku berbaring  di  tempat tidur, dia telungkup diatasku dan mulai menciumku lagi.  Kemudian  dia menyerang leherku, seperti instruksi di film itu. “Mmhh..”,   lenguhku.
Tak  lama setelah itu, kedua toketku dimainkan, dipijat pelan dan mulai   dijilat perlahan. Desahan nikmat terdengar dari mulutku ketika dia   menghisap serta menggigit-gigit kecil kedua pentilnya. "Ooohh.. baang..   teruuss baanngg..!" jeritku perlahan dan tertahan-tahan. Dia terus   mengulum toket dan pentilku. Kemudian turun ke arah dan pusarku, dia   menjilat sekeliling pusarku sambil tangannya meremas lembut kedua   toketku. Aku menggenggam dengan kuat rambutnya sambil menjepitkan kedua   kakiku ke badannya. "Bang.. Sintia nggak mau disituu ajaa..teruuss   tuurruunn.."
Dia  ikuti kemauanku. Dihentikannya remasan pada kedua toketku, aku   menaikan pinggulku dan menurunkan celanaku. Sekarang aku sudah tidak   mengenakan sehelai benang pun di tubuhku. “kok nggak pake cd si,”   katanya sambil mencubit pipiku. “kalo nggak ada abang sih Sintia pake,   tapi kalo ada abang ya gak lah, kalo tiba-tiba abang minta gimana?”   jawabku.
dia  kembali menciumi pusarku sampai di atas vegiku yang tidak memiliki   bulu sedikitpun. “sering dicukur ya Sin?” “nggak juga sih, gak tau   kenapa, bulunya lama numbuh” jawabku. Dia menjilati dengan lembut   pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan yang terasa nikmat.   "Ach.. Uch bang enak sekali.." ceracauku sambil terengah-engah.Aku   memejamkan mataku, kunikmati saja ciumannya yang panas. perlahan-lahan   dengan tangan kirinya dia membuka kedua belah bibir vegiku.
dengan  disertai jeritan kecil, aku menekan kepalanya ke arah vegiku  sambil  mendesah, "Bang.. oohh.. ngg.. nikmaatt.. bang.." Sementara  mulutnya,  lidahnya terbenam di antara bibir vegiku yang sudah basah  dengan  keluarnya cairan bening dengan aroma yang khas, agak asin dan  kental.  Dia mengisap serta menelannya. Dikecupnya klitku. Aku menjerit  kecil  dan menggoyangkan pantatku naik turun disertai erangan dan desahan   nikmat kadang jeritan-jeritan kecil. cepet belajar juga dia rupanya,   sekali liat di bokep langsung ngerti kudu ngapain.
aku  semakin terangsang hebat sampai pantat kuangkat-angkat supaya lebih   dekat dengan mulutnya. Dia pun merespons hal itu dengan memainkan   lidahnya ke dalam vegiku, kemudian dia mempercepat jilatannya di liang   vegiku. Semakin cepat dia menjilat, semakin aku menjepit kepalanya di   tengah kedua pahaku, “kalo Sintia tau enaknya gak ketulungan gini, Sinta   dah minta dari awal”. Aku makin mengejang hebat dan mencoba menarik   rambutnya agar kepalanya menjauh dari vegiku, tapi dia meneruskan   permainannya hingga kurasakan suatu cairan keluar membasahi vegiku.
Aku  mengerang panjang, "Ooohh baang.. Sintia keluaarr..mmff.." sambil   menjepitkan kedua pahaku di kepalanya sampai dia sulit bernafas.   Akhirnya jepitanku berangsur-angsur melemah dan aku tergeletak sambil   membukakan kedua pahaku dan dia bisa menghirup udara segar sejenak.
“Enak?”  tanyanya. "iya, enak lah”. "ya udah, gitu aja dulu yah, kepalaku  sakit  banget, abis kamu jambak tadi”. “kok udahan sih? sorry tadi  Sintia  keenakan jadinya narik-narik rambut abang deh.” “entar baru  nyambung  lagi ya”. “iya, tapi jangan lama-lama”.
Aku  hanya terbaring di tempat tidur, tubuh bugilku ditutupinya dengan   selimut. Film porno itu di ‘pause’ sebentar. Dia segera menuju wastafel   untuk mencuci muka, kulihat waktu menunjukan jam 11.00. Setelah minum   segelas air, dia segera kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya   disampingku, “Sin, aku mau minta maaf kalo aku udah jutek sama kamu   sejak kita nikah, sekarang aku ngerasa bersalah banget”.“biarin aja   berlalu yang kayak gitu mah, gak usah dipikir lagi, Sintia juga udah   lupa, abang juga makin hari makin asik, seneng Sintia”, jawabku.
"Kok  jadi gerah ya", katanya sambil membuka baju kaosnya dan tinggal   memakai celana basket yang sejak tadi dipakainya. “ribet banget nih   selimut...”kataku sambil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku,   Aku segera memulai lagi adegan di film yang tadi kami ‘pause’. Aku   menarik tangannya dan menempelkan telapak tangannya ke selangkanganku.   Kini adegan di film itu bertambah panas, pemeran pria di film itu mulai   memasukkan kontinya kedalam vegi pemeran wanita. Pemeran wanita di film   itu hanya menggumam tak karuan. Beberapa menit kami menyaksikan film   itu.
“mau  coba gituan?” tanyaku. “kalo sekarang nggak bisa, gak apa-apa   juga.....kamu aja yang master blon siap apa lagi aku,” jawabnya. "kita   coba tapi pelan-pelan yah...soalnya Sintia kan masih perawan”. "gak   apa-apa nanti aja.” “tapi Sintia pengen banget.” “ya uda.,,,tapi bakal   sakit loh nanti.” Dia menghentikan filmnya dan melepas celananya.   Kontinya dah tegang lagi, bole juga tu, baru ngecret dah bisa keras   lagi.
Aku  menaikkan pinggulku dan pantatku disanggah dengan bantal. Dia  membuka  sedikit lubang vegiku. “beneran masukin sekarang?” tanyanya.  “iya bang  tapi pelan-pelan yah". Dia menggesek-gesekan kepala kontinya  dulu pada  vegiku yang sudah banyak lendirnya. "Ayo bang cepat, Sintia  sudah tidak  tahan lagi" pintaku dengan bernafsu. Dengan pelan tapi pasti  dia  masukan kontinya kedalam vegiku. Terasa perih ketika selaput  prawanku  ditrobos kontinya, aku meneteskan air mata. Ada darah membekas  di  batang kontinya. Aku mulai menggoyangkan pinggulku, karena dia   mengeluar masukkan kontinya pelan didalam vegiku. “sakit?", tanyanya   pelan. “udah nggak kok,...perih aja tadi, banget...” jawabku. “mau   diterusin?” tanyanya lagi. “iya..” jawabku manja.
Perlahan  mulai dia memasukkan kontinya ke vegiku sampai pada akhirnya  masuk  semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai   mendalam dan terasa kontinya menyentuh bibir rahimku saking dalamnya.   Dalam permainan ini kami saling cium menjalarkan tangan kesana kemari   sambil mengeluarkan suara erotis di antara kami . Aku hanya menggumam   sambil meremas toketku ndiri. “ennnaaakk bang...” hingga selang beberapa   lama dia memaju mundurkan pinggulnya, makin lama makin cepat. kami   hampir bersamaan orgasme dan gak lama lagi, “Bang pompa yang cepat,   bang, Sintia mau keluar ach.. Uch.. Enak bang", lenguhku, sampe   akhirnya, "mmhh...Sintia.... keelluuaarr..” Dengan hitungan detik kami   berdua orgasme bersama sambil merapatkan pelukan dan kontinya berkedutan   di dalam vegiku. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk   memulihkan tenaga. Orgasme ku disusul olehnya, senang sekali melihat   expresinya ketika menyemprotkan maninya didalam vegiku. Cairan yang   keluar dari vegiku bercampur sedikit dengan darah. “Sin..sorry tadi aku   keluarin di dalem..”, katanya. “nggak apa-apa kali,..kalo nanti Sintia   hamil.. ya abang jadi bapaknya.” Akhirnya kami pun kelelahan dan   tertidur.
Kira2  satu jam kami tertidur, aku terbangun dan menuju ke kamar mandi,   pipis. Dia menyusulku ke kamar mandi, rupanya pipis juga. Setelah itu   kami kembali lagi ke ranjang. Gairahku timbul lagi untuk mengulang   kenikmatan yang baru aja aku rasakan. aku menggapai kontinya untuk aku   kulum. "Mau lagi ya" tanyanya. "Ehm, habis nikmat bang, Sintia mau lagi   ya". "Enak kan Sin kontiku" , katanya sambil menikmati kulumanku.  "Jelas  enak bang, punya abang kan besar apalagi panjang lagi, ada 17 cm  ya  bang. Awaknya si perih tapi udahannya nikmat buangetz"."
Dia  diam tidak menjawab karena sangat menikmati kulumanku. Aku mengulum   serta menjilati pelirnya hingga dia sampai terangsang berat menuju   orgasme kedua. Aku berhenti untuk menjilatinya dan ganti dengan posisi   69. Dari posisi ini kami saling mengulum lagi. vegiku dia buka sedikit   dengan jari dan dimasukkannya jarinya sambil dikeluar masukkan. Selang   beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk   melakukan penetrasi pada vegiku. "Sin kalau masih mau, kamu nungging   gih, kaya di film tadi, sepertinya nikmat juga ya" pintanya. "Oh, mau   doggy style ya, ayo" ajakku bersemangat. 

Setelah  aku siap menungging, dengan pelan ditempelkannya kepala kontinya  ke  bibir vegiku dan perlahan-lahan ditekan masuk sedikit demi sedikit,   "Terus bang.. emmff.. enaakk, oohh.." aku mendesah. "Bleess..!" akhirnya   masuk semua batang kontinya ke dalam vegiku, kemudian mulai   menggerakkan pantatnya maju mundur, aku menggoyangkan pinggul seirama   dengan gerakan pantatnya. "Aaahh.. bang.. enak sekali... teruuss..   oohh.." aku merintih penuh nikmat.
Ada  kira-kira 5 menit kami saling bergoyang dan tangan kirinya menjalar  ke  toketku dan diremas-remas pelan. Kontinya masuk semakin dalam dan   dipompanya dengan semakin cepat hingga aku semakin menikmati permainan   ini. "Ooohh.. baangg.. Sintia nggak tahan lagi.." rintihku dan akhirnya   aku mencapai orgasmeku lagi. Dia makin gencar menggenjot kontinya  keluar  masuk vegiku sehingga akhirnya ditekannya pantatnya dengan keras   sehingga kontinya tenggelam habis ke dalam vegiku dan "Sroott..  sroott..  sroott.." entah berapa banyak mani yang disemprotkan di dalam  vegiku.
Kami  berdua mencapai klimaks orgasme pada saat yang sama. Sepertinya dia   dah lulus dari kursus singkat bokep. Dia mencabut kontinya dari vegiku   dan terkapar disebelahku yang telungkup diranjang. setelah permainan itu   kembali kami kembali tertidur dalam posisi itu.
Ketika  kami terbangun hari sudah siang banget. Dengan mesra aku ajak dia   mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan   berciuman. Siapa dulu yang memulai kami tidak tahu karena secara spontan   aku segera jongkok dan siap menjilat serta mengulum kontinya yang  sudah  tegak berdiri. Lalu kukulum kontinya sambil mengocoknya  pelan-pelan  naik turun.
Setelah  dia merasa nikmat lalu ganti dia yang jongkok dan minta aku  berdiri  sambil kakiku satunya ditumpangkan di kloset wc, agar siap  mendapat  serangan oral nya yang nikmat.
Dia  menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari   pada klitku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk   menenggelamkannya lebih dalam ke vegiku. dia menjulurkan lidahnya lebih   dalam ke vegiku sambil dia korek-korek klitku dengan jari manisnya.   Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan dari dia sampai aku mengalami   orgasme dengan derasnya hingga lendir kenikmatan itu keluar tanpa bisa   dibendung lagi. Dijilatinya dan ditelannya semua lendir kenikmatanku   yang ada itu tanpa sisa. "Gimana Sin, rasanya permainan kita tadi, puas   tidak?" tanyaku. "Puas banget bang, tapi abang blon kluar".
Kami  saling membersihkan diri, disiraminya seluruh tubuhku, kemudian   disabuni. Aku melakukan hal yang sama terhadapnya. Tubuh kami masih   basah, kontinya mulai mengeras kembali akibat remasan tanganku,   sementara dia mengusap-usap toketku kemudian turun mengusap bibir   vegiku. jarinya masuk dan mempermainkan klitku dengan lembut. Aku mulai   mendesah. Sambil berpandangan kami saling mengusap, meremas lembut apa   saja yang dapat kami sentuh, sehingga pengen maen lagi.
Tanpa  sempat untuk mengeringkan badan, aku ditariknya kembali ke tempat   tidur, direbahkannya diriku dan dengan agak kasar karena mulai gak   tahan, aku menarik sehingga dia jatuh menindihku. Kami saling memandang,   diciumnya dengan lembut bibirku. Aku menggigit lembut bibirnya sambil   tanganku mulai meraba kontinya yang masih tegang, kubelai dan kukocok   pelan-pelan, membuatnya merintih nikmat sambil memejamkan mata,   sementara mulut kami berdua terkunci dengan kecupan-kecupan yang makin   lama makin buas. Tangannya meremas toket dan pentilku yang mengeras.
Aku  bangun dan merayap ke atas tubuhnya hingga vegiku tepat berada di  atas  hidung dan mulutnya. Dia menekan pantatku dan mengecup bibir vegi   serta klitku dengan lembut. Dia memainkan lidahnya pada klitku terus ke   lubang vegiku, "Ooohh bang.. teruuss.. baang..!" erangku nikmat.   pantatku bergoyang mengimbangi permainan bibir dan lidahnya.
Aku  gak bisa menahan napsuku sehingga aku mempoisisikan vegiku diatas   kontinya, kuarahkan kontinya ke vegiku kemudian pantat kuturunkan   sehingga masuklah kontinya penuh ke lubang vegiku. Aku merebahkan   tubuhku diatas tubuhnya. Dia mulai menggerakkan pantatnya keatas memberi   tekanan pada vegiku dengan kontinya. Akupun menyambut serangannya   dengan menggerakkan juga pantatku naik turun dengan perlahan-lahan.   Makin cepat.. makin cepat.."Ooohh.. bang.. mmff.." desahanku semakin   menggila.
Tangannya  tidak tinggal diam, kedua toketku diremas dan pentilku  diplintir  lembut menambah kenikmatan bagiku. sekonyong-konyong aku  menjatuhkan  badanku ke atas dadanya sehingga remasan di toketku  terlepas. "Bang..  Sintia nggak tahaann.. oohhmmff.." lenguhku sambil  memagut bibirnya dan  akupun nyampe kembali. Vegiku berdenyut keras  memerah kontinya yang  masih nancap dengan gagahnya sehingga akhirnya dia  gak bisa menahan  lebih lama lagi, dan "Srroott.. Srroott.. Srroott.."  maninya muncrat.
Aku  menelungkup diatasnya, bibirku dipagutnya sambil memelukku erat   sekali. Hebat juga si abang, yang tadinya cuek saja ternyata menjadi   pejantan tangguh di ranjang yang bisa membuat aku berkali2 mendapat O,   luar biasa. Dah selesai semuanya baru terasa laper karena hari dah mo   siang tapi kita sarapan ja belon. sarapannya diganti breakfast in bed   alias emel.
weekend  itu kamu terus saja mengadu konti dan vegi, staminanya benar2  hebat  seakan2 dia gak pernah puas menggenjot vegiku dengan kontinya  sampe aku  lemas Lugu diawal akhirnya jadi buas banget, nikmatnya... 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar